POTENSI DESA WISATA KE'TE KESU

POTENSI DESA WISATA KE’TE KESU DI TORAJA






KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang mana telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan hasil observasi ini tepat pada waktunya. Saya senang karena dapat menyajikan laporan ini kepada para pembaca, meskipun laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas Liburan osprof, namun saya juga berharap laporan ini dapat membantu penulis dan pembaca agar mengetahui lebih lanjut mengenai ‘ DESA WISATA KE’TE KESU ’ yang mana akan menjadi topik persembahan saya kali ini. Namun penulis menyadari, laporan ini tidak akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan banyak informasi dan masukan. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini, karena penulis menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi para pembaca semuanya. 











DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 6
C. Batasan Masalah 6
D. Manfaat 6
BAB II 7
PEMBAHASAN 7
A. Desa wisata ke’te kesu 7
B. Daya Tarik desa wisata ke’te kesu 7









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang




Tana Toraja terkenal akan keindahan alam dan kebudayaan masyarakatnya yang masih memegang teguh ajaran leluhur. Tidak heran, hal ini menjadikan Tana Toraja menjadi destinasi wisata menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Kete Kesu yang merupakan desa wisata yang dikenal akan adat dan kehidupan tradisional masyarakatnya, yang masih mempertahankan nilai-nilai sejarah dari kehidupan masa lalu.

Kete Kesu berjarak sekitar 4 kilometer dari Kota Rantepao, tepatnya di Desa Banoran, Toraja Utara. Upacara adat sering digelar oleh masyarakat sekitar didesa ini, terutama prosesi upacara kematian atau biasa disebut “rambu solo”. Karena keunikan budayanya yang tidak dimiliki oleh desa lain, sehingga Kete Kesu ditetapkan sebagai cagar budaya oleh UNESCO. 
Ke’te kesu memiliki rumah adat yang di sebut tonkonan yang di dirikan kaum bangsawan di dewasa tersebut yang di perkirakan bersia 500 tahun dan di rumah adat terserbut terdapt banuyak ukiran dan tanduk kerbau yang merupakan simbol atas status sosial   di belakang rumaha adat tersebut terdapat makan kuno konon makam tersebut di perkirakian 700 tahun yang lalu,  Bukit dilengkapi dengan gua-gua yang diisi peti mati berbentuk kapal kano. Peti mati dibuat dari bahan kayu dilengkapi dengan berbagai macam ukiran. Menurut tradisi, masyarakat dengan status sosial lebih tinggi dimakamkan di lubang yang lebih tinggi, sementara rakyat jelata diistirahatkan di kaki bukit begitu saja tanpa diletakkan di dalam peti. Tulang belulang yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun pun dapat kita lihat dengan jelas berserakan di kaki bukit. Kondisinya ada yang masih utuh, adapula yang sudah berserakan dimana-mana.uniknya,  keluarga mendiang dapat mengenali anggota tubuh keluarganya itu. Masyarakat Toraja percaya bahwa semakin tinggi seseorang dimakamkan, semakin mudah jalan menuju alam akhirat atau nirwana. Di tebing ini kita juga dapat melihat beberapa Tau-Tau. Tau-Tau adalah patung yang dibuat sebagai simbol orang yang sudah mati. Patung-patung ini hanya dibuat untuk orang-orang dengan status social yang tinggi, karena untuk membuatnya saja keluarga mendiang harus menyembelih puluhan ekor kerbau terlebih dahulu. Beberapa Tau-Tau bahkan dihiasi dengan perhiasan seperti emas dan perak. Oleh sebab itu mereka diletakkan di dalam jeruji untuk menghindari dari pencurian


B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi desa wisata ke’te kesu?
2. Mengapa desa wisata ke’te kesu di tetapkan sebagai cagar budayah oleh UNESCO?
3. Apa Yang Menjadikan Desa Wisata ke’te kesu sebagai salah satu daya tarik wisatan?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menjadikan menjadikan desa ke’te kesu sebagai daya tarik wisatawan asing maupun local dan memperkenalkenalkian desa wisata ke’te kesu sebagai potensi pariwisata dunia
D. Manfaat
Member pengaruh positif pagi pengelolaan maupun perencanaan untuk fasilitas sebagai penunjang daya tarik dan sebagai pengembangan potensi desa wisata ke’te kesu  agar lebih berkembang 












BAB II
PEMBAHASAN

A. Desa wisata ke’te kesu
Kesu merupakan desa wisata dengan panorama yang indah dan berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara utiket.com, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa wisata ini menyuguhkan pamandangan alam dan budaya yang angat kental di desa ini terdapat salah satu rumah ada tertua yang di sebut tongkonan yang di dirikan oleh kaum bangsawan,rumah adat tersebut atau btongkan berbentuk menyterupai perahu dan di hiasi oleh berbagai jenis ukiran yang memiliki arti tersendiri dan di depan rumah tersebut terdapat banyak tanduk kerbau sebai simbol status sosial dan banyaknyaknya kerbau yang di sembeli pada saat acara pemakaman yang sering di sebut rambu solo. Di area ke’te kasu terdapat makan kuno yang kono sudah ada sejak 700 tahun yang lalu terdapat berbagi macam jenis petih kunoh kuno di makan tersebut contohnya peti yang berbentuk perahu , petih bulat memanjang maupoun petih modern yang di penuhi ukiran dan terdapat banyak tulang manusia yang berserakan dan patung yang menyerupai manias yang di sebut tau tau di area depan desa wisata ke’te kesu terdapat masyarakat yang menjual berbagai macam kain tenun khas toraja dan kopi toraja
B. Daya Tarik desa wisata ke’te kesu
Keunikan utama dari masyarakat Toraja adalah bagaimana mereka memandang kematian story15maret2013. Bagi penduduk Toraja, kematian bukanlah akhir, namun awal dari perjalanan di dunia setelah raga ditinggalkan.Kepercayaan dan bagaimana masyarakat Toraja memandang kematian memberikan dampak yang besar dalam bagaimana mereka memperlakukan ritual kematian, katakan saja pemakaman. Bila bagi sebagian besar dari kita, kematian selalu beriringan dengan duka dan dilakukan secara sederhana, bagi masyarakat Toraja kematian dianggap sebagai “pesta” dan dilakukan secara besar besaran dalam upacara “Rambu Solo.” Keunikan utama dari masyarakat Toraja adalah bagaimana mereka memandang kematian. Bagi penduduk Toraja, kematian bukanlah akhir, namun awal dari perjalanan di dunia setelah raga ditinggalkan.Kepercayaan dan bagaimana masyarakat Toraja memandang kematian memberikan dampak yang besar dalam bagaimana mereka memperlakukan ritual kematian, katakan saja pemakaman. Bila bagi sebagian besar dari kita, kematian selalu beriringan dengan duka dan dilakukan secara sederhana, bagi masyarakat Toraja kematian dianggap sebagai “pesta” dan dilakukan secara besar besaran dalam upacara “Rambu Solo.”
Kete Kesu terletak di Toraja Utara. Ini adalah salah satu lokasi yang selalu jadi tempat turis datang jika berkunjung ke Toraja. “Rumah yang paling awal itu yang di ujung,” ujar Baso Rantekesu, penduduk yang tinggal di Kete Kesu Tongkonan menarik untuk diperhatikan. Bangunan dengan atap yang menjulang tinggi, dengan bermacam ukiran di berbagai elemen kayu. “Ayam melambangkan hakim, dahulu jika ada yang bersengketa maka mereka akan mengadu ayam, yang ayamnya menang, itu yang akan dimenangkan,” Baso Rantekesu menjelaskan pada saya mengapa ada symbol ayam di setiap dinding kayu di bagian atas bangunan. Hmm, memang mengadu ayam bukan cara terbaik mendapatkan keadilan hakim menurut logika saya, tapi mengetahui bagaimana penduduk Toraja bermasyarakat dahulu sangat menarik. Di bawah ukiran ayam, selalu ada corak bulat, lingkaran. Ini melambangkan Ketuhanan bagi masyarakat Toraja. “Apapun kekuasaan manusia, Tuhan di atas,” tambah Baso Rantekesu.Ada banyak sekali corak ukiran di Tongkonan dan semuanya memiliki arti, mulai dari lingkaran spiral yang ternyata melambangkan tanaman yang biasa mereka panen, hingga corak abstrak yang ternyata melambangkan kerbau.

Tongkonan terdapat suatu tanduk hewan, yaitu deretan kepala kerbau di tiang bagian depan. Saya mendengar kepala kerbau yang dijajarkan ini melambangkan status social, semakin banyak maka semakin tinggi status sosial seseoran Namun bagian paling menarik dari Kete Kesu bukan terletak di depan, namun anda mesti berjalan ke area belakang, ke arah tebing batu yang hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dari area Tongkonan.

Di area ini ada banyak makam, baik dari segi ragam ataupun jumlah makam. Makam modern di Toraja sudah berupa bangunan, ini dinamakan Patane. Biasanya di depan Patane terdapat boneka yang dibentuk mirip dengan almarhum. Boneka ini dinamakan Tau Tau dan menjadi ciri makam Toraja. Namun sebelum masyarakat Toraja membangun makam dalam bentuk Patane, jenazah dahulu diletakkan di peti kayu dan kemudian peti kayu ini diletakkan di dinding batu yang telah dilubangi terlebih dahulu. Makam dengan peti kayu ini dimanamakan Erong, dan merupakan bentuk makam paling awal, bahkan sebelum liang pahat.

Alasan jenazah diletakkan di dinding batu adalah untuk menjaga barang barang berharga yang biasanya diletakkan bersama dengan jenazah di peti kayu, serta diletakkan di lubang di tebing batu agar sulit diambil. Ini berlaku untuk mencegah pencuri ataupun binatang liar yang seringkali merusak makam. Di area makam Kete Kesu, banyak sekali tulang belulang dan tengkorak yang seakan akan berserakan. Sebagian jenazah dahulu juga diletakkan begitu saja, hingga menjadi tulang dan inilah yang menjadi potensi untuk manarik wisatawan berkunjung















DAFTAR PUSTAKA



1. marischkaprudence.blogspot.com/.../kete-kesu-dan-kematian-story-from-toraja.html

2. https://utiket.com/id/obyek-wisata/makassar/233-desa_kete_kesu.html



























Comments

Popular posts from this blog

bori kalimbuang,menhir megalithic,toraja sulawesi selatan

londa toraja utara